Kamis, 24 September 2009

Mengapa Benda Langit Berbentuk Bulat?


Bentuk-bentuk benda di bumi ini, sangat beragam,ada yang bulat, lonjong, persegi, kubus, piramid, dan masih banyak lagi.Bentuk benda-benda langit yang ada di ruang angkasa. Bisa dibilang, semuanya berbentuk bulat.

Matahari yang tiap hari menyinari bumi kita, berbentuk lingkaran. Begitu pun rembulan yang bercahaya lembut pada malam hari. Juga bumi kita ini. Kalau dilihat dari ruang angkasa, planet tempat kita tinggal ini berbentuk bulat dengan paduan warna biru dan putih. Cantik sekali. Bagaimana dengan planet-planet lainnya? Semuanya juga bulat. Rasanya, tidak ada satu pun yang berbentuk persegi atau memiliki sudut yang tajam.

Hal sama juga berlaku pada bintang-bintang nun jauh di sana. Walaupun kalau dilihat dari bumi, bintang yang berkelap-kelip itu sepertinya memiliki sudut yang tajam, sesungguhnya tidak begitu. Para ahli astronomi bilang, bintang-bintang itupun bulat seperti matahari. Kamu tahu kan, matahari adalah bintang juga, hanya saja letaknya paling dekat dengan bumi.

Kenapa semuanya berbentuk bulat? Ternyata, hal itu disebabkan oleh adanya gaya gravitasi. Gravitasi adalah gaya tarik setiap zat pada zat lainnya. Karena gravitasi itu pula, planet-planet dan benda langit lainnya tetap berada di tempatnya, tidak 'terbang' ke sana ke mari. Lalu apa hubungan antara gravitasi dengan bentuk benda langit yang serba bulat itu? planet-planet di tata surya terbentuk dari tabrakan serpih-serpih material. Ketika planet-planet yang baru tumbuh itu bertambah besar, gravitasi mereka cenderung menarik masuk serpihan-serpihan material yang lebih kecil. Kemudian serpihan-serpihan material itu dipipihkan. Proses ini berlangsung terus-menerus sehingga terbentuklah sebuah planet yang berbentuk bulat. Wah, hebat ya gaya gravitasi itu. Ia tak cuma bisa membuat buah apel jatuh ke tanah dari pohonnya, tapi lebih dari itu!

10 Fenomena Antariksa yang Paling Misterius



1. Tabrakan Antar Galaksi

Ternyata galaksi pun dapat saling “memakan” satu sama lain. Yang lebih mengejutkan adalah galaksi Andromeda sedang bergerak mendekati galaksi Bima Sakti kita. Gambar di atas merupakan simulasi tabrakan Andromeda dan galaksi kita , yang akan terjadi dalam waktu sekitar 3 milyar tahun. Credit: F. Summers/C. Mihos/L. Hemquist

2. Quasar

Quasar tampak berkilau di tepian alam semesta yang dapat kita lihat. Benda ini melepaskan energi yang setara dengan energi ratusan galaksi yang digabungkan. Bisa jadi quasar merupakan black hole yang sangat besar sekali di dalam jantung galaksi jauh. Gambar ini adalah quasar 3C 273, yang dipotret pada 1979. Credit: NASA-MSFC.

3. Materi Gelap (Dark Matter)

Para ilmuwan berpendapat bahwa materi gelap (dark matter) merupakan penyusun terbesar alam semesta, namun tidak dapat dilihat dan dideteksi secara langsung oleh teknologi saat ini. Kandidatnya bervariasi mulai dari neotrino berat hingga invisible black hole. Jika dark matter benar-benar ada, kita masih harus membutuhkan pengetahuan yang lebih baik tentang gravitasi untuk menjelaskan fenomena ini. Credit: Andrey Kravtsov.

4. Gelombang Gravitasi (Gravity Waves)

Gelombang gravitasi merupakan distorsi struktur ruang-waktu yang diprediksi oleh teori relativitas umum Albert Einstein. Gelombangnya menjalar dalam kecepatan cahaya, tetapi cukup lemah sehingga para ilmuwan berharap dapat mendeteksinya hanya melalui kejadian kosmik kolosal, seperti bersatunya dua black hole seperti pada gambar di atas. LIGO dan LISA merupakan dua detektor yang didesain untuk mengamati gelombang yang sukar dipahami ini. Credit: Henze/NASA.

5. Energi Vakum

Fisika Kuantum menjelaskan kepada kita bahwa kebalikan dari penampakan, ruang kosong adalah gelembung buatan dari partikel subatomik “virtual” yang secara konstan diciptakan dan dihancurkan. Partikel-partikel yang menempati tiap sentimeter kubik ruang angkasa dengan energi tertentu, berdasarkan teori relativitas umum, memproduksi gaya antigravitasi yang membuat ruang angkasa semakin mengembang. Sampai sekarang tidak ada yang benar-benar tahu penyebab ekspansi alam semesta. Credit: NASA-JSC-ES&IA.

6. Mini Black Hole

Jika teori gravitasi “braneworld” yang baru dan radikal terbukti benar, maka ribuan mini black holes tersebar di tata surya kita, masing-masing berukuran sebesar inti atomik. Tidak seperti black hole pada umumnya, mini black hole ini merupakan sisa peninggalan Big Bang dan mempengaruhi ruang dan waktu dengan cara yang berbeda. Credit: NASA-MSFC.

7. Neutrino

Neutrino merupakan partikel elementer yang tak bermassa dan tak bermuatan
yang dapat menembus permukaan logam. Beberapa neutrino sedang menembus tubuhmu saat membaca tulisan ini. Partikel “phantom” ini diproduksi di dalam inti bintang dan ledakan supernova. Detektor diletakkan di bawah permukaan bumi, di bawah permukaan laut, atau ke dalam bongkahan besar es sebagai bagian dari IceCube, sebuah proyek khusus untuk mendeteksi keberadaan neutrino.Credit: Jeff Miller/NSF/U. of Wisconsin-Madison.

8. Ekstrasolar Planet (Exoplanet)

Hingga awal 1990an, kita hanya mengenal planet di tatasurya kita sendiri. Namun, saat ini astronom telah mengidentifikasi lebih dari 200 ekstrasolar planet yang berada di luar tata surya kita. Pencarian bumi kedua tampaknya belum berhasil hingga kini. Para astronom umumnya percaya bahwa dibutuhkan teknologi yang lebih baik untuk menemukan beberapa dunia seperti di bumi. Credit: ESO.

9. Radiasi Kosmik Latarbelakang

Radiasi ini disebut juga Cosmic Microwave Background (CMB) yang merupakan sisa radiasi yang terjadi saat Big Bang melahirkan alam semesta. Pertama kali dideteksi pada dekade 1960 sebagai noise radio yang nampak tersebar di seluruh penjuru alam semesta. CBM dianggap sebagai bukti terpenting dari kebenaran teori Big Bang. Pengukuran yang akurat oleh proyek WMAP menunjukkan bahwa temperatur CMB adalah -455 derajat Fahrenheit (-270 Celsius). Credit: NASA/WMAP Science Team.

10. Antimateri

Seperti sisi jahat Superman, Bizzaro, partikel (materi normal) juga mempunyai versi yang berlawanan dengan dirinya sendiri yang disebut antimateri. Sebagai contoh, sebuah elektron memiliki muatan negatif, namun antimaterinya positron memiliki muatan positif. Materi dan antimateri akan saling membinasakan ketika mereka bertabrakan dan massa mereka akan dikonversi ke dalam energi melalui persamaan Einstein E=mc2. Beberapa desain pesawat luar angkasa menggabungkan mesin antimateri. Credit: Penn State U. /NASA-MSFC.

Melihat berbagai fenomena tersebut, mengingatkan kita betapa micro sebenarnya keberadaan kita dalam alam semesta ini. (far/aloysiuzgonzaga)

Peneliti Temukan Gunung Es Bernyanyi di Antartika


Para ilmuwan yang meneliti gerakan Bumi di Antartika yakin mereka telah menemukan sebuah gunung es yang bisa bernyanyi. Gelombang suara yang berasal dari gunung es ini memiliki frekuensi sekitar 0,5 hertz – terlalu rendah untuk didengar manusia. Namun, jika gelombang suara ini dimainkan pada kecepatan tinggi, maka muncullah suara seperti dengungan lebah atau orkestra yang bergemuruh.

Institut Alfred Wegener Jerman untuk riset kutub dan kelautan, melaporkan hasil penelitian yang dilakukan tahun 2002 ini dalam majalah Science hari Jumat.Antara Juli dan November 2002, para peneliti menangkap sinyal akustik yang tidak terlalu jelas ketika mereka sedang merekam sinyal seismik untuk mengukur gempa bumi dan gerakan tektonik pada lempeng es Ekstroem di pesisir Atlantik Selatan Antartika.

Para peneliti lalu mengikuti jejak sinyal tersebut, dan menemukan gunung es sebesar 50 x 20 kilometer yang menabrak suatu semenanjung di bawah laut dan bergesekan secara lambat dengan semenanjung itu.

“Gunung es itu tertahan di dasar laut, seperti sebuah batu di sungai,” kata Vera Schlindwein, salah seorang peneliti. “Air mendorong dari sela-sela celah dan saluran gunung es dengan tekanan tinggi dan mulailah gunung es itu bernyanyi.” “Nadanya bahkan naik turun, seperti lagu sungguhan.” (k-1)

Black Hole Baru di Temukan 'dekat' dengan Bumi


Empat semburan energi sinar X menyiagakan para
astronom bahwa sebuah Black Hole ditemukan berada sejarak 1.600
tahun cahaya dari bumi, jarak yang menurut hitungan astronomi
praktis sama dengan sudah di ambang pintu.

Laporan Sabtu mengatakan bahwa Lubang Hitam itu sebenarnya
pertama kali ditemukan secara kebetulan oleh seorang astronom
amatir asal Ausralia pada September tahun lalu yang mencatat
adanya sebuah 'bintang yang tiba-tiba menyala terang'.Temuan tersebut jadi perhatian para astoronom profesional setelah
kemudian detektor sinar X yang diarahkan ke obyek bintang tersebut
menangkap empat kali semburan energi sinar X secara berturut-turut.

Astronom Massachusetts Institute of Technology (MIT) Donald Smith menyatakan keterkejutannya atas temuan tersebut. Karena, dari
semburan yang berlangsung masing-masing sekitar dua jam
tersebut setelah diteliti ternyata merupakan sebuah Black Hole
yang semburannya tercepat serta terkuat yang pernah ditemukan
selama ini.

Black Hole tersebut dideteksi berada di konstelasi Sagitarius dan
berpusat di sebuah bintang yang disebut V4641 Sgr. Sedemikian
semburannya sehingga sinar X yang dihasilkan diperkirakan berasal
dari obyek sub-kelas yang baru.Black Hole adalah sebuah obyek yang sangat padat dengan bidang
gravitasi yang begitu kuat sehingga cahaya sekalipun tidak bisa lolos.
Saat Black Hole menarik materi ke pusat gravitasinya, gas dan debu
yang ikut tersedot bisa memanas hingga mencapai jutaan derajat.
Fenomena tersebut menciptakan sinar X yang dapat dideteksi oleh
teleskop sinar X. (ymo)

Mengembara di Planet Merah


Tanggal 7 April 2001, wahana antariksa 2001 Mars Odyssey diluncurkan dari Cape Canaveral, Florida dengan tujuan planet Mars. Wahana tak berawak yang namanya diambil dari judul film klasik "2001 Space Odyssey" ini membawa seperangkat instrumen ilmiah untuk meneliti permukaan planet tersebut, khususnya karakteristik cuaca dan geologi disana, sekaligus juga bertugas mengumpulkan informasi mengenai potensi bahaya radiasi yang mungkin dapat membahayakan manusia di permukaan planet merah itu. Misi ini merupakan bagian dari serangkaian misi yang dilakukan NASA dalam rangka mempersiapkan pengiriman misi berawak ke Mars.

Selain Bulan, Mars termasuk obyek yang paling banyak diteliti oleh wahana buatan manusia. Dalam 40 tahun belakangan, telah tercatat sekitar 30 wahana tak berawak yang dikirim ke Mars oleh tiga negara, namun hanya kurang dari sepertiganya yang dinyatakan berhasil. Yang paling sukses diantaranya adalah wahana Viking 1 (diluncurkan 20 Agustus 1975, tiba di orbit Mars 19 Juni 1976) dan Viking 2 (diluncurkan 9 September 1975, tiba di orbit Mars pada 7 Agustus 1976). Kedua misi Viking ini melepaskan wahana pendarat ke permukaan planet tersebut yang bertugas mengirimkan gambar-gambar dari lokasi pendaratan dan melakukan serangkaian percobaan ilmiah disana. Pada tahun 1996 NASA juga telah mengirimkan wahana Pathfinder. Wahana yang terdiri dari modul pendarat (lander) seberat 264 kg dan kendaraan penjelajah seberat 10,5 kg yang dinamai Sojourner Rover berhasil mencapai permukaan Mars di daerah yang dikenal sebagai Ares Vallis pada 4 Juli 1997. Hingga misinya berakhir pada tanggal 17 september 1997 -- setelah komunikasi terputus karena alasan yang tidak diketahui, wahana tersebut telah mengirimkan lebih dari 16.000 gambar serta melakukan lebih dari 15 analisis kimia terhadap batuan dan kondisi angin serta cuaca di permukaan Mars.

Sedangkan tercatat diantara misi-misi yang gagal adalah wahana Mars Polar Lander. Wahana senilai USD 165 juta yang diluncurkan pada 3 Januari 1999 ini kehilangan kontak dengan pengendali di bumi pada 3 Desember 1999 saat melakukan pendaratan di planet tersebut. Tim penyelidik NASA menyimpulkan bahwa Roket pada wahana tersebut mati sebelum waktunya hingga wahana tersebut meluncur dari ketinggian 130 kaki tanpa ada gaya yang menahannya.

Selasa, 22 September 2009

Bulan satelit bumi


Dari segi asal-usul kejadiannya, Bulan tidak dapat dipisahkan dari Bumi. Salah satu teori yang kini banyak dianut adalah bahwa Bulan terbentuk dari sempalan material Bumi akibat ditumbuk oleh benda angkasa ukuran besar, mungkin sebesar Mars. Karena model ini lebih mampu menjelaskan terbentuknya Bulan dibandingkan dengan teori-teori lain, skenario tumbukan planeter ini merupakan yang paling banyak diterima di kalangan ilmiah (Gabriel Gache, Science News Editor, 20 Desember 2007).

Tentu masih ada rincian penjelasan dari proses tersebut, yang menghasilkan satelit alam relatif amat besar terhadap ukuran planet induknya. Muncul pula dugaan, materi Bulan tersusun 80 persen dari benda penumbuk dan 20 persen dari Bumi. Namun, ada juga ilmuwan lain yang mengatakan sebaliknya.

Tentu masih banyak yang dapat dikisahkan dari riwayat lahirnya Bulan. Namun, semangat mempelajari riwayat dua benda langit yang ditakdirkan untuk menyusuri waktu bersama-sama ini bukan berlangsung satu arah saja. Misalnya studi hanya diarahkan untuk mempelajari Bulan. Dalam kenyataannya, dari studi tentang Bulan pula banyak dipelajari serba-serbi mengenai Bumi.

Bumi dari Bulan

Di Bulan, ternyata ada berton-ton batuan dan debu yang pada masa silam ditembakkan dari Bumi akibat tumbukan asteroid. Pada batuan dan debu tersebut ternyata juga terkandung rahasia mengenai planet Bumi pada keadaan awal dan juga asal-usul kehidupan (Science Tuesday, 23/7/2002).

John Armstrong dari Universitas Washington di Seattle, AS, menyebut bahwa Bulan merupakan loteng Bumi sehingga kita harus sering menengok untuk mendapatkan benda berharga yang tersimpan di sana. Informasi yang dikandung pada benda-benda itu tak dapat ditemukan di tempat lain.

Dari sampel materi yang ada di Bulan, menurut Armstrong, dapat diketahui apa yang ada di Bumi 3,9 miliar sampai 4,0 miliar tahun silam, bagaimana keadaan awal atmosfernya saat itu, juga kerak dan permukaan buminya. Bisa juga ditelusuri bagaimana kehidupan mulai berevolusi.

Misteri ukuran

Di luar ”riwayat bersama” Bumi-Bulan, ada satu hal lain yang dapat menggugah kita mengenai Bulan, yaitu seputar terjadinya Gerhana Matahari Total (GMT), yang merupakan salah satu fenomena alam yang paling indah.

Saat GMT terjadi, tampaklah bahwa ukuran piringan Matahari dan Bulan demikian pas berimpit. Kalau ada sepercik sinar matahari bisa menerobos, itu karena ia lolos melewati permukaan Bulan yang bergunung-lembah.

GMT bisa terjadi karena kebetulan yang luar biasa. Matahari kurang lebih 400 kali lebih lebar, tetapi jaraknya juga 400 kali lebih jauh. Oleh karena itu, keduanya juga tampak sama ukuran di langit. Ini situasi yang amat unik di Tata Surya yang terdiri dari 8 planet dan 166 bulan yang sejauh ini diketahui. Bumi juga satu-satunya planet yang bisa menopang kehidupan. Apakah semua itu kebetulan murni? (New Scientist, 31 Januari 2009).

Di luar dugaan itu, kebetulan atau bukan, Bulan merupakan obyek yang berbeda asal-usulnya dibandingkan dengan bulan-bulan planet lain, seperti Yupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus. Jika Bulan kita diyakini tercipta karena Bumi ditumbuk benda langit besar, bulan-bulan planet luar tercipta dengan cara lain, yaitu dari penggumpalan material di medan gravitasi planet induk atau penangkapan benda kecil yang lewat oleh gravitasi planet.

Berkah Bulan

Dengan ukuran yang relatif besar itu, Bulan juga berperan besar dalam mendukung eksistensi kehidupan di Bumi. Ketika Bumi berpusing memutari sumbunya, ia cenderung untuk bergoyang bebas, kadang terpengaruh oleh tarikan Matahari juga. Ternyata, tangan gravitasi Bulan yang tak terlihat dengan halus meredam goyangan pusingan Bumi tadi. Ini mencegah instabilitas rotasi, yang kalau tak diredam bisa menimbulkan perubahan dramatik iklim. Instabilitas bisa membuat kondisi kondusif yang diperlukan untuk munculnya kehidupan di planet kita terganggu.

Tentu dukungan lain bagi kehidupan juga berupa posisi Bumi yang ada di zona tertinggali (habitable zone) di mana ada cukup banyak air cair. Namun, peranan Bulan, sekali lagi, tidak bisa diremehkan.

Akan tetapi, sejak terjadi impak yang melahirkannya, Bulan terus menjauh dari Bumi dengan laju sekitar 3,8 sentimeter setiap tahun. Dinosaurus tidak melihat gerhana seperti kita karena Bulan pada kurun 200 juta tahun silam terlalu dekat, hingga ukurannya cukup besar di langit untuk menghalangi keseluruhan Matahari.

Namun, penghuni Bumi dalam tempo beberapa ratus juta tahun dari sekarang juga tidak akan melihat GMT sama sekali karena Bulan akan tampak terlalu kecil di langit.

Di sini tampaknya ada dua keberuntungan yang dinikmati oleh manusia sekarang ini. Pertama karena ada Bulan yang menjauh dari sejak saat terciptanya. Yang kedua, karena terjadinya evolusi kecerdasan kehidupan.

Oleh karena itu, tulis Marcus Chown di New Scientist, kalau beruntung, Anda bisa menyaksikan GMT dalam hidup Anda, pikirkanlah hal ini: bahwa Bulan besar itu boleh jadi alasan mengapa Anda ada. Itulah falsafah yang sarat dengan paham antropik bahwa kita ada adalah untuk menyaksikan semua keajaiban alam di depan kita.

Pengujung Ramadhan

Kini, ketika Ramadhan 1430 Hijriah semakin tua, Bulan dalam siklus mengelilingi Bumi telah mendekati posisi Bulan Baru saat posisi Matahari-Bumi-Bulan segaris. Menurut perhitungan astronomi modern, Bulan Baru itu akan jatuh pada tanggal 18 September 2009 pukul 18.45 Greenwich Mean Time, atau pukul 01.45 WIB tanggal 19 September.

Kita pun berharap, pada petang hari, 19 September, Bulan telah meninggalkan momen konjungsi dan Matahari-Bumi-Bulan sudah tidak segaris lagi. Artinya, bulan baru telah lahir… sehingga tak keliru apabila 1 Syawal jatuh tanggal 20 September 2009.

Demikianlah manusia belajar banyak dari Bulan dari masa silam, dan dari Bulan yang dekat itu pula masih ada banyak hal yang dapat kita pelajari.





Tanggal 4 April 2001 lalu, sekelompok tim astronom internasional mengumumkan penemuan 11 buah planet baru yang berada diluar tata surya kita, atau yang biasa diistilahkan dengan Extrasolar Planet. Penemuan ini menambah jumlah Extrasolar Planet yang telah diketahui menjadi 63 buah. Salah satu diantaranya mengorbit bintang yang mirip dengan Matahari kita pada zona yang memungkinkan terbentuknya kehidupan disana.
Adanya planet pada sistem tata surya diluar matahari kita, pertama kali dibuktikan keberadaannya pada bulan Oktober 1995 ketika dua orang astronom yaitu Michel Mayor dan Didier Queloz berhasil menemukan sebuah planet yang mengorbit pada bintang 51 Pegasi di konstelasi Pegasus (50 tahun cahaya dari Bumi kita). Dalam jangka waktu beberapa tahun setelah penemuan pertama tersebut, puluhan Extrasolar Planet lainnya telah pula ditemukan.
Hingga saat ini, extrasolar planet yang berhasil dideteksi umumnya adalah planet raksasa sekelas Jupiter dan Saturnus di sistem Matahari kita. Planet dengan kondisi dan ukuran yang mirip dengan planet Bumi diyakini ada, namun keterbatasan teknologi peralatan yang ada saat ini menyulitkan pendeteksiannya.
Penemuan Extrasolar Planet ini membuka harapan akan ditemukannya planet yang dihuni mahluk hidup dengan peradaban yang lebih maju. Hingga saat ini dalam tata surya kita, hanya Bumi-lah satu-satunya planet yang mempu mendukung adanya kehidupan. Misi tak berawak yang telah dikirim ke planet-planet tetangga (Venus dan Mars) maupun misi wahana Pioneer dan Voyager ke planet-planet luar (Jupiter, Saturnus, Uranus dan Neptunus) menunjukkan bahwa kondisi di planet-planet tersebut tidak memungkinkan untuk berkembangnya suatu bentuk kehidupan, bahkan yang paling sederhana sekalipun.
Sumber cahaya yang terpancar dari planet-planet sangat samar sekali dibandingkan dengan bintang induknya. Terlihat pada panjang gelombangnya, biasanya cahayanya memiliki terang cahaya kurang dari satu persejuta tua dibandingkan bintang induknya. Di samping kesulitan intrinsik dari mendeteksi suatu sumber cahaya yang sangat kecil tersebut, bintang induk menyebabkan silau cukup besar untuk menyamarkan cahaya dari planet tersebut, sehingga menyulitkan pendeteksian.
Untuk alasan itu, saat ini teleskop hanya dapat langsung exoplanets gambar di bawah keadaan yang luar biasa. Secara khusus, mungkin mungkin saat planet sangat besar (lebih besar dari Jupiter cukup), secara terpisah dari orang tua bintang, dan panas sehingga emits intens radiasi inframerah.
>Sebagian besar extrasolar planets yang dikenal telah ditemukan melalui metode langsung:

Metode-metode deteksi yang lazim digunakan dalam diagram ini sebuah planet (objek yang lebih kecil) mengorbit sebuah bintang, di mana planet ini pun mempunyai garis orbitnya sendiri. Pusat sistem massa ditunjukkan dengan tanda plus merah. (Dalam hal ini, tanda plus tersebut selalu berada dalam bintang tersebut.) Astrometri terdiri dari tepat mengukur posisi bintang di langit dan mengamati bahwa cara di mana perubahan posisi dari waktu ke waktu. Jika bintang memiliki planet, maka gravitational pengaruh planet akan menyebabkan bintang itu sendiri untuk bergerak dalam surat edaran yang kecil atau berbentuk bulat panjang lintasan umum tentang pusat massa (lihat animasi di sebelah kanan).

Kecepatan radial atau metode Doppler

Variasi dalam kecepatan yang bergerak ke arah bintang atau jauh dari Bumi - yaitu, variasi dalam kecepatan radial dari bintang sehubungan dengan Bumi - dapat deduced dari beratnya di induk star dari baris karena hantu Efek Doppler ke [17]. Ini telah jauh teknik paling produktif digunakan.

Pulsar waktu

Pulsar adalah sisa dari bintang, ultrapadat, kecil yang telah meledak sebagai Supernova yang memancarkan gelombang radio secara teratur sangat karena berputar. Anomali sedikit dalam waktu yang diamati pulses radio dapat digunakan untuk melacak perubahan pada pulsar dari gerakan yang disebabkan oleh kehadiran planet.

Ini merupakan teknik paling produktif yang digunakan selama ini oleh pemburu planet. Ia juga dikenal sebagai Doppler spektroskopi. Metode ini tidak terpengaruh oleh jarak, tetapi mensyaratkan rasio sinyal-ke-kebisingan yang cukup tinggi untuk mencapai derajat presisi yang tinggi, sehingga umumnya hanya digunakan untuk bintang yang relatif dekat kira-kira 160 tahun cahaya dari Bumi. Mudah sekali menemukan planet-planet besar yang dekat dengan bintang, tapi deteksi di jarak yang lebih jauh memerlukan pengamatan bertahun-tahun. Planet-planet yang mengorbit dengan derajat kemiringan sangat tinggi dari Bumi memproduksi sumber cahaya yang lebih kecil, dan karena itu lebih sulit untuk dideteksi. Salah satu kelemahan utama dari metode kecepatan-radial adalah hanya dapat memperkirakan massa planet minimum. Biasanya massa yang benar akan sebesar 20% dari nilai minimum ini, tetapi jika orbit planet hampir tegak lurus dan saling berhadapan, maka massa sebenarnya akan lebih tinggi.

Metode Transit

Jika melintasi planet (atau transits) di depan beberapa bintang induk dari disk, maka diamati kecerahan bintang tetes oleh sedikit. Jumlah bintang yang dims tergantung pada ukuran dan pada ukuran planet.

Metode-metode pendeteksian di masa depan

Hampir semua kandidat planet ekstrasurya telah ditemukan menggunakan teleskop. Namun, banyak metode dapat menghasilkan hasil yang lebih baik jika melihat teleskop terletak di atas atmosfir. COROT (diluncurkan pada bulan Desember 2006) dan Kepler

(diluncurkan pada bulan Maret 2009) adalah satu-satunya ruang aktif misi yang didedikasikan untuk extrasolar planet pencarian. Ruang Angkasa Hubble Telescope dan MOST telah menemukan atau dikonfirmasi beberapa planets. Ada banyak rencana yang diusulkan atau ruang misi seperti New Worlds Mission, Darwin, Misi Ruang Angkasa Interferometry, terrestrial Planet Finder, dan PEGASE.

Bintang,apakah itu?


Bintang adalah kumpulan plasma yang yang terikat oleh gravitinya sendiri, sebegitu besar sehingga bintang bisa mengikat benda benda lain untuk terus berputar terhadap dirinya berbentuk galaxy, atau cluster. Maka bintang adalah sebuah pengikat, dalam suatu komunitas, bintang adalah seseorang yang mengikat setiap elemen dalam komunitas tersebut, menjadikan elemen elemen di sekitarnya bergerak teratur bersama mengitarinya, membentuk sebuah galaxy sendiri. Menyatukan potensi setiap massa yang mengitari menjadi suatu sistem yang bergerak harmonis, terus menemani bintang dalam perjalanannya.
Bintang bersinar karena reaksi thermonuclear dalam dirinya, melepaskan energj yang melintasi interior dan terus berradiasi ke angkasa luar.

Tengoklah langit pada malam hari di bulan September. Kita bisa mengamati wajah permukaan Bulan dan formasi rasi bintang. Jangan lupa, Mars masih bisa ditonton. Salah satu akibat dari revolusi Bumi mengitari bintang induk Matahari adalah penampakan rasi-rasi bintang yang berbeda di langit malam setiap bulannya. Bulan baru (new moon)-pertanda telah berakhirnya bulan (month) berjalan dalam kalender Komariyah-terjadi pada 27 Agustus 2003 pukul 17.26 waktu Greenwich. Greenwich adalah waktu bujur 0 derajat atau universal time (UT). Karena beda waktu antara Greenwich dengan bujur 105 derajat adalah tujuh jam, maka peristiwa di atas terjadi pada dini hari 28 Agustus pukul 00.26 WIB. Jadi, pada akhir Agustus hingga sekitar pertengahan September, langit malam kita berhiaskan bulan sabit. Bentuknya akan bertambah besar dari malam ke malam hingga tercapai fase purnama pada 10 September 2003 pukul 16.36 UT. Nonton bulan dengan cahaya keperakannya akan lebih asyik dengan menggunakan alat bantu seperti binokuler. Nah, waktu terbaik untuk pengamatan bisa dipilih. Misal, pada saat bulan memasuki fase kuartir awal (mulai 3 September 2003) atau kuartir akhir (mulai 19 September 2003). Binokuler berukuran 10 x 50 (diameter lensa 50 mm dengan tingkat perbesaran 10 kali) sudah cukup untuk mengenali fitur wajah bulan dengan detil. Kawah-kawah, pegunungan, mare, dan terminator bisa terlihat. Mare-yang berarti lautan-memang bukan laut. Mare cuma daerah rendah di permukaan bulan. Dulu, karena warnanya cenderung lebih gelap, sempat dikira sebagai kumpulan air. Di bagian timur (tepi timur atau sebelah "atas" bulan) terdapat Mare Crisium atau Lautan Krisis. Sementara di tepi barat ada Mare Grimaldi. Pada saat bertambahnya usia bulan segera setelah fase bulan baru, Mare Crisium inilah yang pertama terlihat oleh kita. Pengamatan bulan pada dua waktu terbaik tadi memberi kita kesempatan untuk menikmati hal lain. Kita bisa mengamati garis pembagi yang tegas antara daerah gelap dan terang di permukaan bulan. Kawasan ini disebut terminator. Dengan mengetahui bahwa garis tersebut sedikit berkelok-kelok, Galileo dahulu menyimpulkan bahwa permukaan bulan tidaklah rata. Permukaan bulan sama dengan bumi. Ada puncak tinggi, jurang, dan kawah yang dalam. Pendapat revolusioner ini jelas membantah gagasan Aristoteles tentang "kesempurnaan kristal" benda-benda langit ini. Bukti makin kuat setelah ia berhasil menemukan teleskop.

Keindahan rasi bintang

Ada banyak rasi bintang yang bisa kita amati segera setelah Matahari terbenam di ufuk barat pada awal September. Misal, rasi bintang Crux, Centaurus, Cygnus, Lyra, dan Aquila. Ada juga zodiak seperti Virgo, Libra, Scorpius, Sagittarius, Capricornus, dan Aquarius. Beberapa zodiak lain baru akan terlihat selepas tengah malam, seperti Pisces, Aries, dan Taurus. Boleh jadi banyak yang bertanya-tanya, mengapa zodiak-zodiak di atas terlihat pada malam hari di bulan September? Bukankah menurut astrologi Scorpius seharusnya berada di bulan Oktober-November, Sagittarius di bulan November-Desember, Capricornus di bulan Desember-Januari, dan seterusnya? Tak ada yang salah dengan fenomena langit yang terlihat oleh kita. Yang ada adalah salah tafsir arti rentang bulan dalam zodiak yang dimuat di media massa. Arti sebenarnya dari rentang bulan dalam suatu zodiak-misalnya Aries, 22 Maret-21 April-adalah rentang waktu yang dihabiskan Matahari "berada" di zodiak tersebut dalam peredaran semunya di bola langit. Jadi, rentang waktu di atas tidak ada sangkut pautnya dengan "jadwal manggung" zodiak yang bersangkutan. Justru dalam rentang waktu tersebut kita tidak akan dapat menjumpai zodiaknya di langit malam. Zodiak tersebut terbit dan terbenam mirip dengan saat terbit dan terbenam Matahari. Artinya, mereka menghabiskan sebagian besar waktu di langit siang. Pada awal September ini, rasi Virgo (Perawan) sudah condong ke barat pada saat Matahari terbenam. Seluruh rasi sudah akan tenggelam pada pukul 22.00, dan akan hilang dari peredaran alias tidak tampak di langit malam selepas Oktober. Virgo merupakan rasi terbesar kedua di langit. Bintang paling terang di Virgo dinamakan Spica (skala terang: +1,0) yang berwarna putih kebiruan. Spica terdiri atas dua bintang yang sangat berdekatan. Namun, dengan mata telanjang, kita melihatnya seolah sebagai satu bintang saja. Langit malam bulan September juga akan dihiasi oleh penampakan Scorpius (Kalajengking) yang merupakan salah satu rasi terbesar dalam zodiak. Bintang tercerahnya adalah Antares (skala terang: +10) yang menandai jantung Sang Kalajengking. Antares merupakan bintang maha raksasa merah dengan jari-jari sekitar 776 kali jari-jari Matahari dan berjarak 330 tahun cahaya. Meskipun berukuran jauh lebih besar daripada Matahari kita, untuk ukuran sebuah bintang, temperatur permukaan Antares sangat rendah. Suhu sekitar 3.000-3.500 derajat Kelvin atau setengah kali temperatur Matahari. Warnanya yang merah menyebabkan Antares tampak mirip dengan Planet Mars. Nama Antares sendiri memang berarti "tandingan Dewa Ares (Mars)". Penampakan Antares dan Mars sendiri saat ini terpisah jauh di langit. Saat Antares berada di atas kepala, Mars belum lama muncul dari cakrawala timur. Kepala Scorpius ditandai salah satunya oleh bintang Graffias (+2,6). Ujung ekornya ditandai oleh dua bintang yang berdekatan, yaitu Shaula (+1,6) dan Lesath (+2,7). Tidak jauh dari sana terdapat dua gugus bintang yang dalam Messier diberi nama M6 dan M7. Pada malam yang cerah juga akan tampak sebuah pita putih seperti kabut yang melintasi Scorpius. Pita putih ini merupakan kumpulan miliaran bintang di dalam Galaksi Bima Sakti. Rasi Scorpius pertama kali diberi nama Girtab oleh orang Sumeria Kuno sekitar 5.000 tahun yang lalu. Dalam mitologi Yunani, Scorpius diutus dewa memburu Orion. Apa pasal? Dewa tidak mengizinkan adiknya, Artemis, untuk berhubungan dengan Orion. Tetapi Scorpius tidak pernah berhasil menangkap Orion dan pengejarannya di langit malam dikenal sebagai pengejaran abadi. Memang, saat penampakannya di langit berbeda. Saat Scorpius terbit di timur, Orion baru saja terbenam di ufuk barat. Menelusuri pita putih Bima Sakti ke arah utara, akan kita jumpai sebuah bintang terang berwarna putih kebiruan: bintang Vega (skala terang: +0,0). Ia terletak di rasi Lyra. Dua belas ribu dari sekarang, sumbu rotasi Bumi kita akan mengarah ke bintang ini. Berarti, saat itu Vega akan menjadi Bintang Utara. Saat ini, sumbu rotasi Bumi masih "menunjuk" ke bintang Polaris di rasi Ursa Minor. Bersama-sama dengan bintang Altair (+0,8) di rasi Aquila dan bintang Deneb (+1,2) di rasi Cygnus, Vega membentuk formasi segitiga. Bagi penduduk yang mukim di belahan utara Bumi, kehadiran ketiga bintang ini merupakan pertanda masuknya musim panas. Karena itu ketiganya dikenal Segitiga Musim Panas (Summer Triangle).